Bagi rekan-rekan yang ikut dalam kelas
Hermeneutik I pasti masih ingat pak Yohanes Adrie Hartopo pernah membahas perikop ini.
Bagaimana Yesus dengan hikmatnya yang luar biasa menjawab pertanyaan seorang
ahli taurat yang hendak menguji Dia. Yang unik dari peristiwa ini kalau kita
memperhatikannya adalah bahwa Yesus sama sekali tidak menjawab secara harfiah
pertanyaan orang ini. Tetapi justru Yesus memberikan jawaban dengan bertanya
balik kepada orang ini bahkan Yesus melakukan yang lebih dari menjawab, yaitu
memberikan perintah kepada orang ini. Yang terjadi disini adalah si ahli taurat
justru menjawab pertanyaannya sendiri. Dia bertanya sendiri dan menjawab
sendiri. Dengan kata lain, si ahli taurat ini sebenarnya sudah tahu dan sudah
paham hal baik apa yang harus dilakukan, tapi memang dasarnya ngeyel.
Pertama dia sendiri tahu bahwa sebagai umat
beragama yang mempunyai Tuhan, yang harus dilakukan adalah mengasihi Tuhan
dengan sungguh-sungguh dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.
Pemahaman ahli taurat ini mengenai sesama manusia itu adalah yang sama
keturunannya, sama agamanya, sama derajatnya dan segala status yang bisa
dikatakan hamper atau selevel dengan dia. Jadi, ketika dia menanyakan hal
kedua, Alkitab mengatakan untuk membenarkan dirinya, orang itu berkata kepada
Yesus. Siapa sesamaku manusia? Pertanyaan ini ditanyakan hanya semata-mata
untuk mendapat persetujuan dari Yesus bahwa konsep dia tentang sesame manusia
itu sama dengan konsep Yesus. Tapi Yesus mengetahui maksud hatinya, lalu Yesus
memberikan perumpamaan ini. Tujuan dari perikop ini adalah supaya kita menolong
orang tanpa pilih-pilih atau membeda-bedakan, siapapun yang membutuhkan
pertolongan kita, apapun latar belakangnya, ayo kita tolong.