Sabtu, 10 Januari 2009

Falsafah Kehidupan dan Si Bolang


Alangkah senangnya bila kita bisa hidup seperti teman – teman kita yang ditayangkan di acara Si Bolang. Melihat mereka hidup setiap hari seperti hari Minggu, mau makan apa tinggal minta dari alam. Yang mereka tahu mungkin hanya melewati pagi, siang dan malam.

Tidak seperti kita yang hidup di tengah kota, yang punya peradaban berbeda lagi. Tujuannya sama, menjalani hidup juga, namun untuk hidup kita perlu makan, untuk makan kita tidak bisa seperti teman-teman kita si bolang, tinggal ambil dari alam gratis, karena murni dari alam, belum dikenakan sentuhan manusia, seperti buah yang langsung dipetik, ikan, udang, kepiting yang bisa diambil langsung dari laut. kita yang hidup di kota diharuskan membeli, untuk beli kita harus bayar, mengapa harus bayar? Karena yang mau kita beli adalah hasil karya orang lain, yang kita bayar itu jasanya, beli sayur di pasar, yang kita bayar itu jasa angkut dan ongkos bawa nya dari desa sampai kehadapan kita di tengah pasar kota. Beli televisi, yang kita bayar itu jasa merakitnya, sehingga menjadi sebuah televisi. Dan masih banyak lagi. 


Untuk bisa bayar kita harus punya uang, untuk punya uang kita harus bekerja, mengapa harus bekerja? Supaya kita punya hak untuk memiliki sejumlah uang setelah kita memberikan jasa atau kemampuan kita, itulah namanya salary/gaji. Oleh sebab itulah manusia sepakat untuk menetapkan yang namanya Hari. Ada tujuh hari dari Senin sampai Minggu, Senin – Sabtu disepakati adalah waktu untuk bekerja, Minggu adalah waktu istirahat, karena manusia juga bisa capek, jadi harus ada satu hari dimana mereka bisa beristirahat. Padahal, yang namanya hari Senin, hari Rabu, itu tidak ada bedanya, kita tetap akan lalui hari yang sama, ketemu pagi, siang, lalu malam lagi. Jadi kalo dipikir-pikir sebetulnya manusia yang merepotkan dirinya sendiri. Memusingkan dirinya dengan hitung-hitungan pajak, pembukuan akuntansi perusahaan yang rumit, perjanjian inilah, kontrak itulah bagi mereka yang berkantor.
 
Padahal tujuannya sama, untuk mendapatkan uang, uangnya digunakan untuk kelangsungan hidup. Apa bedanya dengan teman –teman kita seperti yang ada di acara si bolang? Sama toh, namun mereka menjalaninya dengan tidak ada beban, happy always, memang mungkin ada sebagian kita akan menganggap mereka gaptek, ketinggalan teknologi atau informasi, tidak bisa menikmati bagaimana asiknya chatting, facebook, friendster dll. Namun di kalangan mereka itu bukanlah suatu hal yang penting, karena standar mereka bukan itu, karena memang aplikasi facebook tidak dubutuhkan disana, Toh mereka tinggal tidak berjauhan. Kita menggunakan facebook atau aplikasi internet lainnya karena memang diharuskan ada supaya kita bisa berkomunikasi dengan orang – orang yang berada jauh dari kita. 

Justru kita yang tinggal di kota sekali lagi diharuskan untuk menyesuaikan diri denagn standar kehidupan di kota, mesti bisa internet, mesti baca koran, karena kalau tidak kita lakukan , kita secara pelan2 akan hancur kalau tidak bisa bersaing cepat dan pintar dengan yang lain yang juga melakukan hal yang sama. 


Jadi sebetulnya apa inti dari kehidupan ini? Apa untuk makan saja, karena kita cari uang untuk makan demi kelangsungan hidup, teman – teman pedalaman kita seperti si bolang juga demikian, mencari makan untuk hidup tapi dari alam. Betul sekali, kita hidup untuk makan, itulah standar kehidupan, harus dan pasti tercapai bagaimanapun caranya, karena kalu kita tidak makan, kita pasti mati. Namun supaya hidup ini punya arti, bisakah sembari kita hidup untuk makan, kita juga melakukan hal yang baik kepada sesama, sadar akan Pencipta kita yang diatas karena kita ini hasil ciptaannya, berusaha menyenangkan Beliau dengan melakukan hal-hal yang baik yang sudah distandarkan Beliau. Itulah standar kualitas hidup. 

Dengan begini, hidup kita tidak akan terasa hampa. Kita akan merasa tidak sama dengan mereka yang hidupnya hanya sama dengan standar hidup kita, bukan standar kualitas hidup kita. Ingat, seperti yang Bp. Mario Teguh katakan, bahwa “Kita adalah hasil dari respon/keputusan kita terhadap kejadian/peristiwa”. Jadi Keputusan kita sangat menentukan bagaimana kita menjalani hidup. Itu…  

Johan Setiawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Let's comments and care