Jumat, 02 Maret 2012

His Calling


Saya bukan orang yang mengenal Tuhan sedari kecil. Latar belakang rohani keluarga saya adalah Budha, jadi saya belajar dan beribadah menurut ajaran agama Budha. Usia 19 tahun saya belajar masuk gereja setelah diundang oleh seorang teman baik saya dimana kami selalu bersama-sama ketika masih duduk di bangku sekolah sejak taman kanak-kanak hingga lulus SMU. Tapi entah kenapa setelah tamat sekolah teman saya ini baru mau mengajak saya ke gerejanya. Saya mulai belajar mengenal siapa itu Yesus, kenapa dia dipanggil sebagai Tuhan, apa pekerjaanNya, dll. Agustus 2003 saya masuk gereja, 11 April 2004 saya menyerahkan diri untuk dibaptis. Pelan-pelan Tuhan mengubahkan hidup saya, kehidupan manusia lama saya yang tidak membanggakan dan menjengkelkan orang lain secara perlahan mulai hilang, sehingga menjadi kesaksian bagi orang di sekitar saya termasuk keluarga saya bahwa Yesus bisa mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik.
Saya mulai menggumulkan panggilan untuk menjadi hamba Tuhan setelah mengikuti KKR remaja dengan tema “Generasi Muda Bagi Kristus”, pembicara pada KKR itu adalah Pdt. Agus Gunawan, Rektor STT Bandung saat ini. Saya mulai berpikir untuk mendalami firman Tuhan dan mengajarkan firman Tuhan. Saya menunda panggilan saya untuk sekolah Teologi selama 6 tahun, 3 tahun pertama ditunda karena tidak mendapatkan dukungan dari keluarga, sebab semuanya belum percaya Tuhan. Apa untungnya jadi pendeta, itu kata mereka saat itu. Karena tidak mendapat dukungan keluarga, saya sempat ragu apakah Tuhan sungguh mau memakai saya. Suatu kali, saya pernah bernazar kepada Tuhan didepan persekutuan remaja bahwa kalau saya melihat mama saya dibaptis di gereja ini, maka saya tidak akan ragu lagi untuk menjadi hamba Tuhan. Waktu itu sangat mustahil mama saya bisa masuk gereja apalagi di baptis, karena mama tidak setuju saya masuk Kristen. Suatu hari tangan mama sebelah kanan tiba-tiba sakit, tidak bisa diangkat seperti stroke. Sudah berobat ke dokter, ke shinse akupuntur dan makan obat tradisional Cina, tapi tidak ada perubahan. Akhirnya saya mengenalkan mama dengan seorang guru Injil di gereja kami yang juga ahli akupuntur. Sebelum di akupuntur mama diajak berdoa dan terus di beri tahu bahwa cuma Yesus yang mampu menyembuhkan, percaya Yesus pasti masuk surga. Puji Tuhan setelah 2 hari setelah diobati, mama mulai bisa menggerakkan tangannya. Sejak hari itu mama mulai masuk gereja, rajin ikut persekutuan wanita, dan beberapa bulan kemudian mama menyerahkan diri untuk dibabptis. Melihat mama dibaptis, saya teringat akan nazar yang pernah saya ucapkan kepada Tuhan. Sejak itu saya semakin yakin bahwa Tuhan mau memakai saya.

Tahun keempat saya tunda sekolah Teologi karena saya menikah, tahun kelima saya tunda karena istri saya hamil, tahun keenam saya tunda karena anak saya lahir. Tahun 2011, setelah anak saya berumur satu tahun, kemudian seluruh anggota keluarga saya termasuk orang tua sudah percaya kepada Tuhan(masih tersisa satu adik lelaki yang belum percaya), dan sekarang mereka sudah tahu siapa itu hamba Tuhan, kemudian juga sudah ada sponsor yang mau mendukung kami, kemudian saya bersyukur karena istri saya sangat mendukung saya untuk bersama-sama melayani Tuhan, akhirnya kami pikir inilah saat yang tepat untuk belajar Teologi. Seakan-akan Tuhan berkata “Sekaranglah waktunya!”. Lalu kami putuskan untuk memilih salah satu STT yang ada di Jakarta yaitu STT Amanat Agung. Saya bersyukur kepada Tuhan atas semua kejadian dalam hidup saya.
Ayat panggilan, 2 Timotius 1:9
“Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Let's comments and care