: Jeffry S. Tjandra
Bapa Besar Sungguh Kasih Setiamu, Nyata Sungguh Perlindunganmu
Tak Satu Kuasa Mampu Pisahkan, Aku Dari Kasihmu
Bapa Ajarku Slalu Hormatimu, Ajarku Turut Perintahmu
Brikanku Hati Tuk Menyembahmu, Dan Bersyukur Stiap Waktu
Sperti Bapa Sayang Anaknya, Demikianlah Engkau Mengasihiku
Kau Jadikan Biji Matamu, Kau Berikan Smua Yg Ada Padamu
Sperti Bapa Sayang Anaknya, Demikianlah Kau Menuntun Langkahku
Hari Depan Indah Kau Beri, Rancanganmu Yg Terbaik Bagiku
Mazmur 103: 13 “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikianlah Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.”
Saya sangat mengasihi anak saya. Saya selalu mengucapkan janji padanya bahwa saya akan selalu melindungi dan menjaganya. Tidak ada yang bisa pisahkan kami selain Tuhan dan maut. Ketika dia sedang terjaga atau sedang bermain, saya selalu memperhatikan dia, saya takut dia terjatuh, takut kepalanya terbentur, takut tangan dan kakinya terjepit pintu, takut badannya tersangkut. Saya akan berusaha membuat dia nyaman, memberikan apa yang terbaik sehingga membuat dia tersenyum. Ketika dia sedang tertidur pulas, saya katakan dalam hati bahwa saya harus menyiapkan rencana untuk masa depannya mulai dari sekarang. Saya akan mendukung sesuatu yang menjadi passion dan talentanya. Saya akan berikan semua yang saya punya untuk membahagiakan dia. Saya dan istri juga suka membicarakan rancangan terbaik bagi dia, karena kami tidak mau dia mengalami kesulitan dan kesusahan. Kami mau mengajarkan bagaimana cara hidup yang baik kepadanya dan selalu mengatakan kepadanya bahwa suatu saat kamu akan jadi orang besar.
Ketika dia sedang sakit, itu adalah masa yang sangat berat bagi kami. Dan ini adalah sakit yang terparah sampai saat ini hingga harus dirawat di rumah sakit. Selama 6 hari, kalau dia terjaga, dia pasti menangis. Kalau dia tertidur, dia pasti tidur sampai merintih. Kami hanya bisa terus berdoa sambil menemani dia diobati dan dirawat. Sampai suatu kali, ketika dia sedang mengerang kesakitan di gendongan saya, sambil menangis saya mohon dengan sangat kepada Tuhan untuk sesuatu yang rasanya mustahil. Tolong pindahkan sakitnya kepada saya, dia masih kecil Tuhan, belum tahu apa-apa, belum tahu apa kesalahannya sampai harus merasakan sakit seperti ini. Tapi tentu hal itu tidak akan terjadi, anak saya tetap harus menjalaninya, karena memang dengan begitulah tubuhnya bisa belajar melawan kuman dan penyakit. Itu adalah masa-masa yang memang harus dia lalui. Sebagai seorang ayah, saya hanya tidak sanggup dan tidak tahan melihat anak saya menderita. Tapi sekali lagi puji Tuhan masa itu sudah berlalu.
Kemudian saya mencoba merefleksikan bagaimana saya sebagai seorang ayah mengasihi anak saya dengan Tuhan yang mengasihi kita. Saya sebagai manusia yang terbatas, bisa begitu mengasihi anak saya, apalagi Allah yang adalah kasih, pasti lebih dahsyat mengasihi kita. Kemudian saya teringat pujian ini; Seperti bapa sayang anakNya. Sekarang saya lebih memahami pujian ini, betapa besarnya kasih orang tua kepada anaknya. Saudara saya percaya bahwa pujian ini pun pasti terinspirasi dari Mazmur Daud 103: 13 ini. Daud sudah menyadari akan hal ini ribuan tahun yang lalu.
Kita tahu bahwa Daud juga adalah seorang ayah. Tentunya kita masih ingat, sebagaimana jahat anaknya Absalom sampai membunuh saudaranya bahkan juga mau membunuh ayahnya, namun ketika di dapati kabar bahwa anaknya sudah meninggal, maka sedihlah Daud begitu rupa hingga cukup lama ia meratapinya, karena dia begitu mengasihi setiap anaknya. Bayangkan saja, yang jahat seperti itupun ia kasihi, apalagi yang takut dan hormat kepadanya, pasti akan lebih lagi di kasihinya. Itulah sebabnya Daud mampu berkata demikian di Mazmur 103:13. Melukiskan hubungan Tuhan dan umat seperti bapa kepada anaknya, tapi tentu sayangnya Tuhan lebih besar daripada sayang seorang manusia.
Seperti bapa sayang kepada anaknya, demikianlah Tuhan mengasihi kita. Ia jadikan kita sebagai biji matanya. Apakah anda mengetahui bahwa biji mata adalah salah satu bagian tubuh yang Tuhan ciptakan dan yang paling di lindungi. Kalau ada kenapa-kenapa mau menyerang, kita pasti menutup mata, bulu mata gunanya adalah untuk menyaring supaya tidak ada debu yang masuk ke mata setiap kali kita berkedip, alis mata gunanya adalah supaya air dari kepala tidak langsung turun ke mata, tetapi di sapu kesamping. Kita ini di jadikan biji mata Tuhan, artinya kita ini sangat spesial. Dia berikan semua yang ada padaNya, bahkan mengaruniakan anakNya yang tunggal untuk menebus dosa kita, sehingga kita beroleh keselamatan dan pengampunan. Seperti bapa sayang anaknya, demikian Tuhan akan menuntun langkah kita, menjamin hari depan kita, dan senantiasa merancangkan yang terbaik bagi kita. Kalau Tuhan mengasihi kita sampai begitu rupa, mari kita meresponinya dengan berkomitmen untuk sungguh-sungguh lebih lagi mengasihi Tuhan, menghormati Tuhan, turut pada perintah Tuhan, menjaga hati yang takut akan Tuhan, serta senantiasa menyembah dan bersyukur setiap waktu. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Let's comments and care