Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan kata-kata, Tuhan juga berbicara dengan kata-kata kepada manusia, perkataan menjadi cara Tuhan menyatakan dirinya kepada manusia supaya manusia bisa mengenal Tuhan. Lewat perkataan, Tuhan menyatakan diriNya, kebenaranNya dan rencanaNya. Kita juga tidak lupa bahwa manusia jatuh kedalam dosa juga karena kata-kata dari si iblis.
Pernahkah saudara mengalami hal ini. Suatu hari tiba-tiba ada orang datang terus marah-marah dan meminta saudara untuk meminta maaf atau bertanggung jawab atas perkataan saudara yang telah menyakiti dia padahal saudara sendiri sudah lupa apa yang pernah saudara katakan, walaupun dia sudah berusaha mengingatkan lagi apa perkataan saudara yang menyakiti dia. Saya rasa setiap kita pasti pernah mengalaminya, mungkin dengan masalah yang berbeda tapi caranya bisa sama. Seringkali kita tidak sadar bahwa kata-kata yang keluar dari mulut kita, yang hampir tidak diperlukan tenaga untuk mengeluarkannya, namun dampaknya bisa luar biasa dalam mempengaruhi orang lain. Pada presentasi ini saya ingin membagikan tips bagaimana berbicara yang baik sehingga mampu menghasilkan komunikasi yang efektif.
1. Hati-hati dalam berkata-kata. Tahukah saudara bahwa ketika kita berkomunikasi dengan seseorang, ketika kita berbicara, setiap perkataan yang keluar dari mulut kita, dan saat seseorang mendengarkan, maka dalam waktu sepersekian detik atau bahkan belum sampai satu detik ketika perkataan itu keluar dari mulut kita dan didengar oleh seseorang, maka orang yang mendengarkan akan langsung “melabelkan” perkataan itu menjadi karya kita atau hak cipta kita. Sehingga kapanpun dia bisa kutip “karya” kita itu untuk dibicarakan lagi kepada orang lain. Syukur kalau dia mengutip perkataan kita positif, tapi bagaimana ketika yang dikutip adalah perkataan yang negatif, tidak membangun atau bahkan sedang menjelek-jelekkan orang lain. Setiap karya pasti ada royalty nya. Kitapun akan mendapatkan royalty dari karya kita suatu saat nanti, bisa lama bisa sebentar, syukur kalau royalty nya baik, tapi kalau justru membuahkan masalah, itu akan merepotkan kita, dan mungkin akan membuat kita menyesal. Jadi berhati-hatilah dalam berkata-kata.
2. Mendengar untuk berkata tepat. Supaya kita bisa berhati-hati dalam berkata, maka tidak bisa tidak kita juga harus dan butuh untuk mendengar. Dengarkan dulu baik-baik sampai dengan selesai apa yang menjadi pemikiran atau pergumulan lawan bicara kita. Sehingga kita bisa tahu apa yang dibutuhkannya, lalu kita bisa memilih kata-kata yang tepat untuk menolongnya. Tapi kenyataannya yang seringkali terjadi adalah kita lebih suka berbicara daripada mendengar. Sehingga tidak jarang yang terjadi adalah kita justru menyinggung perasaan lawan bicara kita dengan kata-kata kita yang mungkin saat itu sangat sensitif bagi dia. Yang terjadi berikutnya adalah pembicaraan terputus,relasi menjadi kurang baik dan komunikasi tidak efektif.
3. Berbicara lebih banyak tentang Tuhan. Saya masukkan tips ini untuk menyesuaikan dengan konteks kita sebagai calon hamba Tuhan. Seharusnya kita lebih banyak porsi nya bicara tentang Tuhan. Mulut kita ini harus banyak memuliakan Tuhan, kita tidak boleh sama lagi seperti orang-orang awam. Karena memang aneh kalau hamba Tuhan justru sedikit sekali bicara tentang Tuhan. Apa kata dunia kalau hamba Tuhan sering bicara tentang film, selebriti, bola, tetangga, mana Yesus nya? Saya mau tanya tapi tidak usah dijawab, cukup jawab dalam hati. Coba cek diri kita masing-masing, dalam satu hari 24 jam itu, yang 10 jam kurang lebih kita gunakan untuk tidur, sisa 14 jam, mana yang lebih banyak porsinya, berbicara tentang Tuhan atau berbicara tentang duniawi?
Dari semua poin yang sudah saya sampaikan, kita bisa menyimpulkan dan belajar bahwa ada fakta dibalik setiap perkataan kita. Ketika kita berbicara, kita sedang menyampaikan fakta, dan dari setiap kata yang kita ucapkan, itupun juga akan menghasilkan fakta. Permasalahannya adalah bagaimana kita mampu menyampaikan fakta yang baik sehingga boleh menghasilkan fakta yang baik pula. Memang semua manusia telah jatuh ke dalam dosa, itu artinya lidah kitapun sudah tercemari oleh dosa. Seperti yang tercatat dalam Yakobus 3:8, “tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.” Namun hal ini tidak bisa dijadikan refrensi bahwa kita tidak bisa lagi menggunakan kata-kata sebagai sesuatu yang baik dan yang mendatangkan kedamaian. Pertanyaannya adalah maukah kita mengatur dan memilih kata-kata yang baik ketika kita berkomunikasi? Ucapkanlah hal-hal yang memang bermanfaat, kalaupun mau bicara kosong seperti humor, berikanlah humor yang membangun, menghiburkan hati yang sedih. Saya menutup presentasi saya ini dengan sebuah ungkapan yang saya modifikasi dari peribahasa “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian.” Yaitu “pikir dahulu bicara kemudian, jangan bicara dahulu pikir kemudian.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Let's comments and care