Sabtu, 11 Februari 2012

Penjala Manusia


Lukas 5: 1-7

Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.

Teman-teman, hari ini kita mau belajar dari kisah Simon Petrus, secara khusus bagaimana dia dipanggil Tuhan untuk melayani. Pada suatu kali Yesus sedang berdiri di pantai danau Genesaret dan begitu banyak orang yang mau mendengarkan pengajaran Yesus. Lalu Yesus melihat ada dua perahu yang baru saja bersandar di tepi pantai karena nelayannya masih membasuh jalanya. Kemudian Yesus naik ke perahu Simon dan menyuruh dia untuk menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai, lalu ia mulai mengajar orang banyak. Bila kita melihat ayat selanjutnya, kita tahu bahwa Yesus sebetulnya sudah tahu bahwa Simon sedang lesu karena tidak mendapat hasil pada hari itu. Kita juga tahu profesi Simon, yaitu nelayan, kalau istilah pak Lot adalah penangkap lele. Lantas mengapa Yesus tidak segera perintahkan Simon untuk segera ke tengah laut dan menebar jalanya seperti yang akan diperintahkan sebentar lagi, namun Yesus justru lebih dulu mengajar orang banyak dari atas perahu

Kalau saya jadi Simon, pasti saya agak risih dengan Yesus, bayangkan..siapa ini, baru kenal lalu tiba-tiba naik ke perahu dan dipinjam jadi tempat untuk mengajar, tidak tahu apa orang sedang lesu karena tidak ada hasil tangkapan hari ini. Tapi dicatatkan bahwa Simon tidak berbicara apa-apa dan hanya menuruti perintah Yesus. Rupanya Yesus melakukan hal itu supaya Simon dapat mengenali siapa Yesus, pada ayat ke 5 kita bisa melihat bahwa Simon memanggil Yesus sebagai Guru, karena dia melihat dan mendengar pengajaran Yesus. Setelah selesai mengajar, Yesus berkata Simon “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Dari sini kita tahu bahwa sebetulnya dari awal Yesus sudah tahu bahwa Simon dan temannya sedang lesu karena tidak ada hasil tangkapan hari itu, tanpa bertanya kepada mereka apa yang mereka butuhkan, Yesus perintahkan kepada Simon untuk mencoba ke tempat yang lebih dalam.

Kali ini Simon menjawab, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa.” Kita tahu bahwa Simon pasti bukan baru satu dua hari menangkap ikan, ini pasti sudah jadi profesinya bertahun-tahun, dan dia pasti sudah lelah sekali karena sudah semalaman bekerja keras namun tidak menangkap apa-apa, ini baru menepi terus diminta ke tempat yang lebih dalam untuk menebar jala. Apa nggak salah? Tetapi karena dia menghargai Yesus sebagai Guru atas pengajarannya barusan, dia mengikuti apa yang diajarkan Yesus. Singkat cerita, setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan sehingga jala mereka mulai koyak. Akhirnya mereka sukses mendapatkan hasil. Dari sini kita bisa belajar bahwa kunci keberhasilan dan kesuksesan, bukan karena kita memiliki kemampuan yang hebat, bukan karena pengalaman yang banyak, bukan karena uang kita, tapi kunci dari keberhasilan adalah ketaatan. Simon taat kepada Yesus , dia tidak bertanya ataupun membuat alasan untuk menolak perintah Yesus, walaupun sesungguhnya dia bisa.

Ayat ke 7 berkata mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu lain supaya mereka datang membantunya. Dari sini kita belajar bahwa setelah berhasil, Simon tidak melupakan saudara-saudaranya yang senasib dengan dia. Dia tahu bagaimana sedihnya ketika tidak mendapatkan hasil, jadi ketika Simon berhasil, dia tidak egois dan menikmati sendiri keberhasilannya, tapi dia mengundang teman-temannya untuk bersama-sama merasakan sukacita yang dia rasakan.

Teman-teman, kita tahu bahwa perikop ini berbicara tentang keselamatan. Bagimana Petrus dipanggil Tuhan untuk menjadi penjala manusia, bukan lagi penjala ikan. Setiap kita sudah diselamatkan Tuhan, bahkan kita sekarang dipanggil Tuhan untuk tanggung jawab yang lebih besar. Bagi kita yang sudah mendapatkan keselamatan, pasti kita berkata “untung aku bisa percaya Tuhan Yesus, kalau tidak aku tidak bisa masuk surga.” Ini artinya kita memandang bahwa keadaan sebelum percaya kepada Tuhan dan diselamatkan adalah keadaan yang menyedihkan, hidup yang sia-sia, akhir yang mengenaskan dan ingat kita pernah di kondisi itu sebelum diselamatkan. Sama seperti Simon ketika dia sudah berhasil menangkap ikan, dia tahu bagaimana rasanya sudah bekerja keras tapi tidak mendapatkan apa-apa, jadi ketika dia berhasil,, dia tidak lupa kepada teman-temannya yang merasakan kesedihan yang pernah ia rasakan.

Pernahkah kita berpikir bagaimana nasib hidup teman-teman kita diluar sana yang belum diselamatkan, kita pernah merasakan hidup seperti mereka yang belum mengenal Yesus, sia-sia apa yang dikerjakan. Jadi, jangan egois, jangan nikmati sendiri keselamatan, mari kita selamatkan mereka supaya merekapun merasakan sukacita yang kita rasakan. Disini kita dibentuk dan dilengkapi supaya bisa membimbing dan menyelamatkan mereka, maka itu berjuanglah dengan keras untuk bisa selesaikan kuliah sampai akhir. Jangan menyerah karena stress, atau merasa diri tidak mampu, lalu keluar dari sini. Kita sekolah bukan untuk diri kita sendiri, selesai sekolah, cari gereja yang kaya terus pelayanan disitu supaya bisa hidup nyaman, tapi kita sekolah supaya di lengkapi untuk bisa selamatkan banyak orang diluar sana setelah kita selesai nanti. Sebagai rekan satu angkatan, bila ada rekan kita yang kurang mengerti, engkau yang mengerti bagikanlah pengertianmu kepada mereka, jangan hanya pentingkan kemajuan sendiri. Tapi tentu buat tugas tetap sendiri-sendiri. Ok, it’s not about You, it’s about Them, so please, fight for Them.

Persekutuan doa angkatan, 30 September 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Let's comments and care